Belajar Sejarah Bersama Anak MTs Model Di Gua Jepang Kaligua
Berkunjung ke Kaligua merupakan angan-angan admin Matsansaga sejak 6 tahun lalu. Sebelumnya memang pernah mendatangi lokasi ini, namun karna tiba sore hari menjelang maghrib, akhirnya tidak bisa menikmati pemandangan lebih leluasa. Admin hanya bisa merasakan dinginnya air saat wudhu dan gelapnya jalan karna tertutup kabut saat pulang.
Alhamdulillah... Saat menjadi Sekretaris Panitia Heimatkunde atau pembelajaran alam sekitar, admin mendapat kesempatan mendampingi 128 anak, perwakilan Peserta Didik kelas 7 (42 Putra dan 84 Putri) serta 8 (2 Putri dari PMR) MTs Negeri 1 Tegal (MTsN Model Babakan Lebaksiu) untuk belajar bersama dengan pendekatan alam sekitar Kaligua.
Tepatnya hari Kamis, 13 Oktober 2016, Sekitar pukul 11.40 admin bersama rombongan heimatkunde sampai di Gua Jepang yang sebelumnya telah melaksanakan observasi di Telaga Renjeng dan Pabrik Teh Hitam Kaligua. Di pintu masuk Gua Jepang kami disambut oleh Guide (pemandu) yang ramah. Sebelum memasuki gua, pemandu memberikan beberapa arahan demi ketertiban dan keamanan peserta saat berada di dalam gua, diantaranya tetap mengikuti pemandu dan tidak terpisah dari rombongan, serta tidak melakukan tindakan yang merusak atau membahayakan.
Agar kegiatan observasi berjalan dengan tertib, baik, dan lancar, pemandu membagi peserta menjadi tiga kelompok secara bergantian saat memasuki Gua Jepang. Dimulai dengan Kelompok Armada I (Putri) yang memasuki gua terlebih dahulu hingga beberapa menit, disusul Kelompok Armada II (Putri), dan terakhir Kelompok Armada III (Putra).
Di dalam Gua Jepang, saat melewati rute mengikuti pemandu, terdapat beberapa ruang dan lokasi strategis yang dulu dimanfaatkan oleh tentara Jepang. Diantaranya, ruang tahanan, ruang introgasi dan penyiksaan, ruang penyimpanan senjata, ruang dapur, ruang sidang, dan lain-lain. Saat masuk ke dalam juga dijumpai beberapa pintu keluar yang tembus di kebun teh dan ditutup oleh pagar besi. Menurut pemandu jalur tersebut dulunya digunakan oleh tentara jepang untuk membuang mayat romusha yang meninggal saat membuat gua.
Kondisi di dalam gua, meskipun berlampu, masih gelap dengan dinding yang lembab berair dan bagi sebagian peserta heimatkunde terasa ngeri saat melihat boneka-boneka simulasi tahanan yang disiksa, romusha yang sedang bekerja, serta ruangan-ruangan yang belum selesai dibuat. Di dalam Gua Jepang juga terdapat ruang ritual yang digunakan oleh para pemandu untuk berdoa bersama pada malam jum’at kliwon.
Menurut keterangan dari guide, sejarah Goa Jepang Kaligua Bumiayu dibangun saat pendudukan tentara Jepang di indonesia sekitar tahun 1942 oleh masyarakat sekitar Pandansari dengan sistem kerja paksa (romusha).
Goa Jepang yang dikelilingi kebun teh, dulunya difungsikan sebagai pertahanan Tentara Jepang sebelum pergi pada saat pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia oleh Ir. Soekarno pada tahun 1945 di Jakarta.
Pada tahun 1980-an Goa Jepang, yang dalam bahasa aslinya adalah Dokutsu Nihon, dimasuki masyarakat untuk mencari barang-barang peninggalan Jepang. Hingga akhirnya tahun 1995 Goa Jepang dibuka untuk umum.
Sejak tahun 1997 hingga sekarang Goa Jepang menjadi tempat wisata sebagai
peninggalan bersejarah yang dilestarikan, dirawat, dan dijaga oleh
masyarakat beserta PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Kaligua,
Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes.
Alhamdulillah... Saat menjadi Sekretaris Panitia Heimatkunde atau pembelajaran alam sekitar, admin mendapat kesempatan mendampingi 128 anak, perwakilan Peserta Didik kelas 7 (42 Putra dan 84 Putri) serta 8 (2 Putri dari PMR) MTs Negeri 1 Tegal (MTsN Model Babakan Lebaksiu) untuk belajar bersama dengan pendekatan alam sekitar Kaligua.
Tepatnya hari Kamis, 13 Oktober 2016, Sekitar pukul 11.40 admin bersama rombongan heimatkunde sampai di Gua Jepang yang sebelumnya telah melaksanakan observasi di Telaga Renjeng dan Pabrik Teh Hitam Kaligua. Di pintu masuk Gua Jepang kami disambut oleh Guide (pemandu) yang ramah. Sebelum memasuki gua, pemandu memberikan beberapa arahan demi ketertiban dan keamanan peserta saat berada di dalam gua, diantaranya tetap mengikuti pemandu dan tidak terpisah dari rombongan, serta tidak melakukan tindakan yang merusak atau membahayakan.
Agar kegiatan observasi berjalan dengan tertib, baik, dan lancar, pemandu membagi peserta menjadi tiga kelompok secara bergantian saat memasuki Gua Jepang. Dimulai dengan Kelompok Armada I (Putri) yang memasuki gua terlebih dahulu hingga beberapa menit, disusul Kelompok Armada II (Putri), dan terakhir Kelompok Armada III (Putra).
Di dalam Gua Jepang, saat melewati rute mengikuti pemandu, terdapat beberapa ruang dan lokasi strategis yang dulu dimanfaatkan oleh tentara Jepang. Diantaranya, ruang tahanan, ruang introgasi dan penyiksaan, ruang penyimpanan senjata, ruang dapur, ruang sidang, dan lain-lain. Saat masuk ke dalam juga dijumpai beberapa pintu keluar yang tembus di kebun teh dan ditutup oleh pagar besi. Menurut pemandu jalur tersebut dulunya digunakan oleh tentara jepang untuk membuang mayat romusha yang meninggal saat membuat gua.
Menurut keterangan dari guide, sejarah Goa Jepang Kaligua Bumiayu dibangun saat pendudukan tentara Jepang di indonesia sekitar tahun 1942 oleh masyarakat sekitar Pandansari dengan sistem kerja paksa (romusha).
Goa Jepang yang dikelilingi kebun teh, dulunya difungsikan sebagai pertahanan Tentara Jepang sebelum pergi pada saat pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia oleh Ir. Soekarno pada tahun 1945 di Jakarta.
Pada tahun 1980-an Goa Jepang, yang dalam bahasa aslinya adalah Dokutsu Nihon, dimasuki masyarakat untuk mencari barang-barang peninggalan Jepang. Hingga akhirnya tahun 1995 Goa Jepang dibuka untuk umum.
0 Response to "Belajar Sejarah Bersama Anak MTs Model Di Gua Jepang Kaligua"
Post a Comment