Filosofi Santri Dari Makna Kata dan Perilaku yang Perlu Diteladani
Jika dalam dunia filsafat pendidikan muncul dan berkembang berbagai paradigma hasil pemikiran, maka dalam konteks keagamaan juga terdapat banyak filosofi. Salah satu diantaranya adalah filosofi santri yang muncul dari berbagai cara pandang.
Dilihat dari aspek ajaran dan doktrin serta historisnya, filosofi santri adalah pandangan hidup tentang seluruh sistem kepercayaan dan keyakinan santri. Filosofi santri terkait erat dengan makna yang terkandung dalam definisi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
Santri sebagai seseorang yang belajar ilmu agama di pesantren, namun ternyata oleh beberapa kalangan, kata santri juga sering diartikan dengan berbagai makna filosofis yang diambil dari segi bahasa. Dan diantaranya adalah sebagai berikut yang saya kumpulkan dari berbagai sumber:
Bersumber dari berbagai referensi, kami sajikan filosofi santri dalam beberapa perspektif, yaitu sebagai berikut:
Filosofi Santri Gramatikal
Filosofi Santri dan Makna
Makna Filosofi Santri
Pada sebuah bangunan, paku dapat menjadi media untuk menggabungkan beberapa komponen ataupun elemen bertaut menjadi satu. Paku akan lebih efektif bekerja dan bermanfaat jika dipukul menggunakan palu. Saat bangunan sudah jadi dan berdiri tegak, tidak ada yang memuji paku karena tidak terlihat (telah menyatu) dengan bagian yang dipersatukannya. Saat paku terlihat menonjol, paku itu akan dipukul hingga rata lagi dengan bagian lainnya.
Beberapa poin yang dapat diambil hikmah dari filosofi "Santri Sebagai Paku" pada konstruksi bangunan adalah:
Santri menerima warisan berupa estafet untuk mempertahankan ruh salaf dari para pendahulunya, sekaligus memperkaya pemahaman khazanah klasik agar mampu bersaing di masa mendatang. Aktualisasi dari filosofi "sabar ngantri", mendorong santri melahirkan pemikiran dinamis, gerakan strategis yang berkelanjutan untuk generasi berikutnya sesuai tantangan zaman yang dihadapinya.
Keberadaan dua dimensi inilah yang kemudian menjadi latar belakang upaya memformulasikannya dalam sistem pendidikan pesantren untuk dipadukan. Sistem pendidikan yang lahir kemudian adalah Tarbiyah dan Ta’limiyah. Sistem Tarbiyah berorientasi pada aspek batin dalam ranah moral spiritual. Sedangkan sistem Ta’limiyah berorientasi pada aspek lahir dalam ranah skill intelektual.
Dari beberapa filosofi santri tersebut, pondok pesantren memiliki peran penting dan pengaruh besar terhadap pembentukan karakter serta kecerdasan. Demikian postingan artikel Matsan Saga tentang filosofi Santri dan kultur pendidikan pondok pesantren yang diolah dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat...
Dilihat dari aspek ajaran dan doktrin serta historisnya, filosofi santri adalah pandangan hidup tentang seluruh sistem kepercayaan dan keyakinan santri. Filosofi santri terkait erat dengan makna yang terkandung dalam definisi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
Santri sebagai seseorang yang belajar ilmu agama di pesantren, namun ternyata oleh beberapa kalangan, kata santri juga sering diartikan dengan berbagai makna filosofis yang diambil dari segi bahasa. Dan diantaranya adalah sebagai berikut yang saya kumpulkan dari berbagai sumber:
Bersumber dari berbagai referensi, kami sajikan filosofi santri dalam beberapa perspektif, yaitu sebagai berikut:
Filosofi Santri Secara Gramatikal
Kata "santri" jika dalam beberapa jenis tulisan dapat dijabarkan dalam berbagai versi latin maupun hijaiyah. Masing-masing memiliki jumlah huruf sekaligus karakter yang dapat diterjemahkan secara gramatikal. Berikut ini beberapa filosofi santri dilihat dari karakter huruf dan diterjemahkan secara gramatikal:Filosofi Santri Dari Perspektif Arti dan Makna Secara Gramatikal dalam 4 (Empat) Hurufnya | |||
---|---|---|---|
No | Huruf Inisial | Deskripsi atau Penjabaran | Arti dan Makna Gramatikal |
1 | Sin (س) | Satrul al aurah | Menutup aurat |
2 | Nun (ﻥ) | Naibul ulama’ | Wakil dari ulama’ |
3 | Ta (ت) | Tarku al ma’ashi | Meninggalkan kemaksiatan |
4 | Ra (ﺭ) | Raisul ummah | Pemimpin ummat |
Filosofi Santri Dari Perspektif Arti dan Makna Secara Gramatikal dalam 5 (Lima) Hurufnya | |||
---|---|---|---|
No | Huruf Inisial | Deskripsi / Penjabaran | Arti dan Makna Gramatikal |
1 | Sin (س) | سافق الخير | Pelopor Kebaikan. Santri menjadi pelopor dan pemimpin kebaikan di daerahnya masing-masing dengan prinsip amar ma’ruf nahi munkar. |
2 | Nun (ﻥ) | نَاسِبُ العُلَمَاءِ | Penerus Ulama. Santri yang mendedikasikan ilmunya untuk masyarakat menjadi kader untuk meneruskan perjuangan ulama. |
3 | Ta (ت) | تَارِكُ الْمَعَاصِى | Orang yang meninggalkan maksiat. Santri yang mengamalkan ilmunya untuk beribadah jauh dan berupaya menghapus maksiat. |
4 | Ra (ﺭ) | رِضَى اللهِ | Ridho Allah. Sepanjang aktivitasnya dalam mencari dan mengamalkan ilmunya, santri berupaya semaksimal mungkin untuk mendapatkan ridho dari Allah. |
5 | Ya (ي) | اَلْيَقِيْنُ | Keyakinan. Santri memiliki keyakinan besar terhadap aqidah dan optimisme dalam mencapai kesuksesan hidup. |
Filosofi Santri Dari Perspektif Arti dan Makna Secara Gramatikal dalam 6 (Enam) Hurufnya | |||
---|---|---|---|
No | Huruf Inisial | Deskripsi atau Penjabaran | Arti dan Makna Gramatikal |
1 | S | satir al-‘uyub wa al-aurat | Menutup aib (sendiri maupun orang lain) dan aurat |
2 | A | aminun fil amanah | Dapat dipercaya dalam megemban amanat |
3 | N | nafi’ al-‘ilmi | Bermanfaat ilmunya |
4 | T | tark al-ma’siat | Meninggalkan maksiat |
5 | R | ridho bi masyiatillah | Ridho dengan apa yang diberikan Allah |
6 | I | ikhlasun fi jami’ al-af’al | Ikhlas dalam setiap perbuatan |
Filosofi Santri (Sun Three: Iman, Islam, dan Ihsan)
Istilah santri jika ditinjau dari sudut bahasa memiliki banyak nilai filosofi sehingga selalu ada yang dapat dikaitkan dengan kata santri tersebut. Contoh konkretnya adalah upaya mengaitkan antara kata santri yang dianggap merupakan gabungan dari dua istilah dalam bahasa Inggris, yaitu "sun" dan "three".Jika diterjemahkan secara leksikal, kata "sun" berarti matahari dan "three" sama dengan tiga, sehingga bila digabungkan, kata santri memiliki makna "tiga matahari".Sedangkan ditinjau dari makna gramatikalnya, maksud "tiga matahari" dalam kata sunthree adalah tiga pondasi yang harus dimiliki oleh seorang santri, yaitu: Iman, Islam, dan Ihsan. Ketiga poin tersebut merupakan ikon penerang pada keyakinan nyata, luhur, dan suci yang meliputi:
- Iman, merupakan keyakinan terhadap keesaan Allah SWT, keberadaan malaikat, kitab, nabi, dan hari kiamat serta qodlo dan qodar.
- Islam, berpegang teguh kepada rukun yang menjadi aturan dasar, yaitu syahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji.
- Ihsan, berati melakukan tindakan, terutama dalam beribadah, dengan perasaan ikhlas karena senantiasa dilihat oleh Allah.
Filosofi Santri Sebagai Paku Pada Konstruksi Bangunan
Santri harus memiliki fungsi dan mampu berperan seperti paku dalam sebuah bangunan. Meskipun kecil, namun paku bermanfaat sangat besar dalam proses pembangunan maupun mempertahankan bangunan.Pada sebuah bangunan, paku dapat menjadi media untuk menggabungkan beberapa komponen ataupun elemen bertaut menjadi satu. Paku akan lebih efektif bekerja dan bermanfaat jika dipukul menggunakan palu. Saat bangunan sudah jadi dan berdiri tegak, tidak ada yang memuji paku karena tidak terlihat (telah menyatu) dengan bagian yang dipersatukannya. Saat paku terlihat menonjol, paku itu akan dipukul hingga rata lagi dengan bagian lainnya.
Inti dari filosofi santri yang dinalogikan sebagai paku pada konstruksi bangunan adalah menjadi insan yang bermanfaat bagi orang lain dengan kapasitas dan kemampuannya.Kepribadian santri dengan filosofi hidup seperti paku yang diharapkan adalah tetap bermanfaat meskipun disepelekan, mampu berbaur dan peduli kepada masyarakat. Santri harus dapat menjadi aktor intelektual yang menjadi pemersatu tanpa harus tampak di depan. Santri tidak mencari pujian manusia untuk mencapai damai dan ketentraman, karena tujuannya mendapat ridlo Allah Ta'ala.
Beberapa poin yang dapat diambil hikmah dari filosofi "Santri Sebagai Paku" pada konstruksi bangunan adalah:
- Meskipun diremehkan, namun harus tetap bermanfaat;
- Meskipun kecil, namun harus bisa memperkuat;
- Meskipun ditekan, namun harus bisa menyatukan;
- Berbaur dengan masyarakat tanpa harus mendominasi.
Filosofi Santri (Sabar Ngantri) Sebagai Pewaris Tradisi Pengadopsi Modernisasi yang Positif
Kata "santri" dapat diterjemahkan dalam banyak perspektif dan memiliki varian makna yang beragam serta unik.Silahkan baca juga: Pengertian dan Jenis Santri Pondok Pesantren.Selain gramatikal maupun leksikal, kata santri juga dapat diterjemahkan secara bebas dalam bentuk akronim “sabar ngantri”.
Sifat sabar diharapkan menjadi salah satu tingkah laku pokok dalam kehidupan sesorang santri. Sabar dalam kehidupan santri dapat diartikan sebagai kemampuan efektif untuk mengendalikan hawa nafsu yang timbul pada dirinya dan orang lain.Selama proses pendidikannya di pesantren, santri dibiasakan untuk menjalani pola hidup sederhana, taat beribadah, dan hormat kepada pengasuh, ustad, dan kyiai pondok. Periode ini merupakan masa bagi santri untuk melatih kesabaran sebagai upaya menentukan prospek di masa depan.
Santri menerima warisan berupa estafet untuk mempertahankan ruh salaf dari para pendahulunya, sekaligus memperkaya pemahaman khazanah klasik agar mampu bersaing di masa mendatang. Aktualisasi dari filosofi "sabar ngantri", mendorong santri melahirkan pemikiran dinamis, gerakan strategis yang berkelanjutan untuk generasi berikutnya sesuai tantangan zaman yang dihadapinya.
Filosofi Santri Berkarakter Kayu Jati
Proses penempaan santri selama menempuh pendidikan di pesantren yang merupakan bagian dari penguatan karakter agar kelak dapat memimpin masyarakat. Proses perjalanan hidup di pesantren yang mandiri dan sederhanaSantri harus memiliki karakter baik dan kuat seperti pohon jati yang berkualitas meski hidup di tanah yang gersang.Kurikulum pendidikan dan kultur kehidupan di pesantren memberikan pengetahuan, mengasah kecerdasan, dan membentuk pribadi antri berkarakter islami yang cerdas. Kecerdesan yang diharapkan bukan hanya berkaitan dengan kemampuan menghapal ataupun memahami pengetahuan, namun juga meliputi keahlian dalam handling problem untuk menyelesaikan masalah.
Filosofi Santri Sebagai Manusia Lahir-Batin.
Pada dasarnya manusia terdiri atas dua dimensi yang berintegrasi, yakni dimensi lahir dan dimensi batin. Dimensi lahir mencakup aspek-aspek kehidupan yang bersifat indrawi, kasat mata, dan logis seperti daya intelektual, kemampuan keterampilan (skill), etos kerja, prestasi dan lain-lain. Sedangkan dimensi batin mencakup hal-hal yang tidak kasat mata, seperti moralitas dan spiritualitas.Keberadaan dua dimensi inilah yang kemudian menjadi latar belakang upaya memformulasikannya dalam sistem pendidikan pesantren untuk dipadukan. Sistem pendidikan yang lahir kemudian adalah Tarbiyah dan Ta’limiyah. Sistem Tarbiyah berorientasi pada aspek batin dalam ranah moral spiritual. Sedangkan sistem Ta’limiyah berorientasi pada aspek lahir dalam ranah skill intelektual.
Sistem pendidikan untuk santri di pesantren berupaya mencetak generasi pembaharu yang menjaga keutuhan dan keseimbangan antara IQ (Intelligence Quentient/kecerdasan intelektual), EQ (Emotional Quotient/kecerdasan emosional), serta SQ (Spiritual Quotient/kecerdasan spiritual).Sajian kurikulum pesantren yang mempertahankan khazanah klasik dapat memperkaya kecerdasan intelektual santri. Dukungan lingkungan multikultural berpengaruh besar pada kepekaan santri terhadap kondisi lingkungan dan memacu kecerdasan emosionalnya. Bimbingan rohani dari para masyayikh, kyai, dan ustad merupakan upaya mengolah ranah kecerdasan spiritual santri.
Dari beberapa filosofi santri tersebut, pondok pesantren memiliki peran penting dan pengaruh besar terhadap pembentukan karakter serta kecerdasan. Demikian postingan artikel Matsan Saga tentang filosofi Santri dan kultur pendidikan pondok pesantren yang diolah dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat...
0 Response to "Filosofi Santri Dari Makna Kata dan Perilaku yang Perlu Diteladani"
Post a Comment